Kamis, 19 Desember 2019

Laporan Studi Kebantenan Miniriset Observasi Masyarakat di Sekitar Banten Lama

Laporan Studi Kebantenan 
Miniriset Observasi Masyarakat di Sekitar Banten Lama




Nama : Aizul Rafdi Denanda
Nim   :  2224180082
Kelas :   3 C





JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang. Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten,menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan keagamaan Islam di Indonesia. Keulamaan beliau sangat dihormati oleh kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia pada abad ke-18, tidak pelak lagi, banyak murid yang dulu berguru kepadanya menjadi tokoh yang punya pengaruh besar dinusantara. Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri NahdlatulUlama (NU) almarhum Hadraatussyekh Kyai Haji Hasyim Asy’ari.
Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca. Daerah yang dikenal dengan permainan tradisional debusnya ini, banyak sekali dibahas dalam literaturliteratur asing. Claude Guillot, seorang sejarawan dan arkeolog asal Prancis, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya akan kekayaan sumber-sumber sejarah Banten, ia berujar bahwa, “... Banten adalah negeri yang kaya sekali akan sumber-sumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya sendiri, melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung asing, khususnya Eropa...”.
Kekhasan dan keunikan sumber sejarah Banten yang beraneka ragam tidak bisa lepas dari letak geografis yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan Pulau Sumatera dengan Selat Sunda sebagai pemisah kedua wilayah. Letak geografisnya menjadikan Banten -meminjam istilah Guillot- termasuk ke dalam “dua dunia” yaitu Jawa dan Sumatera yang keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Posisi Banten berada di perbatasan antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi Kerajaan Jawa dan tempat perdagangan Melayu. Keunikan itu ternyata mempengaruhi komposisi budaya masyarakat Banten yang multikultural dan sejak dahulu menjadi daerah ataupun kota kosmopolitan yang mempunyai jaringan dagang sampai ke negeri Inggris pada abad ke-16.
Memotret perkembangan Banten yang kini tengah menjadi salah satu daerah industri nusantara, tidak terlepas dari sejarah yang menyelimuti sebelumnya. Sejak awal abad ke-16, pelabuhan Banten merupakan salah satu pelabuhan besar Kerajaan Pajajaran setelah Sunda Kelapa yang ramai dikunjungi para pedagang asing.
Banten merupakan salah satu provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten berada dalam tahap pembangunan yang dilakukan di berbagai sektor penunjang perekonomian, salah satu sektor yang sedang gencar dikembangkan adalah sektor pariwisata, seperti yang kita ketahui bersama, pariwisata merupakan bagian yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Seperti yang telah diketahui bersama dalam beberapa tahun terakhir ini, industri pariwisata Indonesia berkembang cukup pesat dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai penghasil devisa negara setelah gas alam dan minyak bumi.
Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi Banten memiliki lokasi yang sangat strategis, dimana Kota Serang dikelilingi kabupaten dan kota lain, serta sangat mudah di akses dari setiap kabupaten kota yang ada karena terletak tepat di tengah dan sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten. Kota Serang memiliki beberapa destinasi wisata utama, satu diantaranya adalah Kawasan Banten Lama, yang merupakan ikon Provinsi Banten itu sendiri.
Banten Lama merupakan suatu kawasan wisata, berlokasi di Kecamatan Kasemen berjarak 12 Km ke arah utara dari pusat Kota Serang menuju teluk Banten. Kawasan tersebut berupa kompleks peninggalan Kesultanan Banten terdiri atas peninggalan-peninggalan sejarah diantaranya Masjid Agung Banten, Keraton, Benteng, Vihara dan Pemakaman Sultan-sultan Banten yang tentunya menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan.
      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana upaya optimalisasi pengelolaan Banten Lama sebagai kawasan wisata religi ?
2.      Bagaimana kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung  Banten Lama ?
3.      Bagaimana perkembangan ekonomi yang ada di sekitar masjid agung Banten ?
     Tujuan
1.      Merumuskan upaya optimalisasi pengelolaan kawasan wisata Banten Lama sebagai wisata religi
2.      Menganalisis kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung Banten
3.       Mengetahui perkembangan ekonomi yang ada di sekitar Masjid Agung Banten 








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karya ini  yang memiliki kedekatan objek kajian dengan rumusan masalah pertama adalah Claude Guillot, Lukman Nur Hakim & Sonny Wibisono dengan buku mereka yang berjudul Banten Sebelum Zaman Islam Kajian Arkeologis di Banten Girang (932?-1526) (Bentang, 1996). Ketiga peneliti ini memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan Banten pra-Islam dilihat dari sisi arkeologisnya. Khususnya pembahasan mengenai kerajaan Hindu di Banten Girang terletak di pinggiran Kota Serang, kira-kira tiga kilometer di selatan 14 (Kelurahan) Kaujon, pusat kota lama Serang (masa kolonial Belanda).18 Sampai sekarang bekas peninggalan dari kebudayaan Kerajaan Banten Girang yang berafiliasi dengan Kerajaan Sunda-Hindu masih dapat ditemukan di situs Banten Girang.
Para arkeolog yang pernah melakukan penelitian dan penggalian (ekskavasi) di situs Banten Girang, mengatakan di lokasi itu pernah dibangun ibukota kerajaan Hindu yang besar. Kota Banten Girang memiliki pelabuhan sendiri dan sudah berhubungan dagang dengan luar negeri, sebagai barang dagangan yang utama masa itu adalah lada. Selain itu dari hasil penggalian, dapat ditemukan bekas parit. Menurut Dr. Moh. Ali Fadillah dalamnya parit mencapai 4-6 meter yang airnya dialirkan menuju Sungai Cibanten. Parit itu berfungsi ganda, selain untuk fungsi drainase lingkungan kota, juga sebagai tempat membuang limbah rumah tangga.19 Tetapi selama perang penaklukan ibukota Banten Girang, sampai kemenangan penguasa Islam, parit tersebut ditimbun.
Kedatangan Islam mengakibatkan perubahan mendasar dan memberi pengaruh yang signifikan bagi perkembangan Banten selanjutnya. ‘Hijrah pemerintahan’ dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten Girang ke Banten Lama yang lebih dekat dengan pesisir pantai. Namun, yang menarik pasca setelah hijrah tersebut, Banten Girang tetap dihuni oleh masyarakat lokal saat itu dan kebudayaan yang berlangsung sebelumnya tidak dihancurkan tetapi tetap dibiarkan begitu saja. Pemindahan Ibukota Banten didasarkan atas beberapa pertimbangan:
a. Secara politik, memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera melalui Sunda Kelapa.
b. Secara ekonomi, berdasarkan pada potensi maritimnya. Banten berpotensi sebagai pelabuhan besar yang dapat menggantikan Sunda Kelapa.
c. Secara mistis religius, kota dan keraton yang telah ditaklukkan harus ditinggalkan, karena sudah tidak memiliki kekuatan magis lagi.
Pemindahan ibukota tersebut telah mengakibatkan perubahan pada ekologi dan sosial-ekonomi masyarakat. Pembangunan infrastruktur kota dipusatkan pada wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi dan perdagangan. Kesultanan Banten menjadi kawasan pesisir yang jauh lebih berkembang semenjak perpindahan ibukota dari pedalaman ke tepian pantai (pesisir). Pembangunan Kesultanan Banten selanjutnya tidak dapat dipisahkan dari nama Maulana Yusuf sebagai sultan kedua.
Karya Supratikno Rahardjo, dkk. berjudul Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan menyebutkan bahwa Banten masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580) merupakan sebuah kota yang dari segi morfologinya memenuhi persyaratan sebagai ibukota atau pusat pemerintahan. 22 Perkembangan Kesultanan Banten pada masa beliau terlihat pada pembangunan fisik di berbagai sektor, seperti pengembangan Keraton Surosowan, pasar dan pelabuhan, perbentengan, masjid, irigasi pertanian dan jaringan air bersih, jaringan jalan dan jembatan dan yang terakhir adalah penyediaan pemukiman masyarakat berdasarkan pengelompokkan pekerjan, ras, sosial-ekonomi, dan status dalam pemerintahan.
Rumusan masalah kedua membahas pengembangan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten pada masa Sultan Maulana Yusuf. Penyediaan pemukiman masyarakat berdasarkan pengelompokkan pekerjan, ras, sosialekonomi, dan status dalam pemerintahan. Untuk mewakili pemukimanpemukiman yang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf, penulis mengambil satu pemukiman yang sampai sekarang keberadaannya masih diakui sebagai pemukiman tempat pengajaran dan pendidikan agama Islam, yaitu Kasunyatan. Buku karangan Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia (Logos Wacana ilmu, 2001) . Buku ini berusaha menyoroti peradaban Islam di nusantara dari sudut pandang arkeologis. Disebutkan dalam buku tersebut, Banten pada periode kesultanan memiliki beberapa ciri yang secara umum ditemukan di kota-kota Muslim. Sebagian besar pusat-pusat kegiatan utama sebagaimana kota Islam di Indonesia maupun Afrika dan negara-negara Arab, memiliki istana, pasar dan masjid. Pemukiman dibagi menurut pekerjaan dan etnik, sebagaimana halnya kota-kota pada abad pertengahan di kota-kota Islam lain.
Lebih lanjut, Hasan Muarif menekankan bahwa hasil peradaban berupa keraton, pasar, masjid dan pemukiman tidak hanya dilihat semata-mata sebagai peninggalan peradaban masa lampau yang diam dan permanen (the matter of being) tetapi harus dimaknai sebagai wujud sebuah proses Muslim membangun bahkan menemukan peradaban mereka yang berbasis Islam dalam konteks keIndonesiaan. Peradaban Islam tersebut akan terus-menerus berada dalam proses perumusan dan pendefinisian kembali sejalan semangat baru yang hadir dalam perkembangan sejarah (the matter of becoming).




 BAB III
HASIL MINI RISET
A.    Lokasi dan Waktu
Mini riset ini dilakukan dipemukiman penduduk sekitar masjid banten lama, Jln.banten lama, yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 5 Oktober 2019 dan memakan waktu sekitar 4 jam untuk mewawancarai penduduk. Penyusunan hasil mini riset dilakukan seminggu setelah pengambilan data yaitu pada hari sabtu, tanggal 12 oktober 2019.
      B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 16 orang peduduk banten lama, yang meliputi mulai dari remaja hingga orang dewasa baik ibu-ibu maupun bapak-pabak.
      C.  Metode Pengumpulan Data
Wawancara secara langsung
      D.    Hasil Miniriset
Dari hasil wawacara yang kami lakukan menghasilkan data sebagai berikut :
















































Dari hasil wawancara kami, data penduduk asli dan pendatang yang kami wawancarai terdapat 16 orang lebih dominan penduduk asli daripada penduduk pendatang, terdiri dari perempuan dan laki-laki dan lebih dominan perempuan. Karena, di sekitar masjid banten lama kami lebih menemukan penduduk wanita, dan penduduk pria mencari nafkah. Penduduk wanita, hampir semua menjadi ibu rumah tangga dan pedagang. Rata-rata pendidikan terakhir penduduk di sekitar masjid banten lama yaitu tingkat SD dan hampir semua sudah menikah. Hal itu disebabkan kurangnya kesadaran pada pendidikan, dan faktor ekonomi. Pertanyan-pertanyaan yang kami tanyakan kepada penduduk rata-rata hampir semua jawabannya sama, setuju dan sangat setuju. Menurut mereka, masjid banten lama yang dulu dan sekarang telah banyak perubahan mulai dari kebersihan, tata ruangan, dan keamanan. Akan tetapi ada yang yang membuat mereka tidak nyaman ketika mereka ingin berjualan di dalam wilayah masjid tersebut, mereka diusir karena tempat berjualan sudah tidak boleh di dalam masjid akan tetapi sudah tersedia tempat-tempatnya yaitu di luar sekeliling masjid tersebut. Mereka berharap pemerintah kota lebih memperhatikan kondisi disana terutama untuk pedagang.


Hasil Analisis Survei Minat Konsumen