Laporan Studi Kebantenan
Miniriset Observasi Masyarakat di Sekitar Banten Lama
Nama : Aizul Rafdi Denanda
Nim : 2224180082
Kelas : 3 C
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Banten
merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah
dan pejuang. Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten,menjadi salah
satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan keagamaan Islam di
Indonesia. Keulamaan beliau sangat dihormati oleh kalangan tokoh-tokoh Islam
Indonesia pada abad ke-18, tidak pelak lagi, banyak murid yang dulu berguru
kepadanya menjadi tokoh yang punya pengaruh besar dinusantara. Di antara yang
pernah menjadi murid beliau adalah pendiri NahdlatulUlama (NU) almarhum Hadraatussyekh
Kyai Haji Hasyim Asy’ari.
Banten
tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi
pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak
dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca. Daerah yang dikenal dengan
permainan tradisional debusnya ini, banyak sekali dibahas dalam
literaturliteratur asing. Claude Guillot, seorang sejarawan dan arkeolog asal
Prancis, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya akan kekayaan sumber-sumber
sejarah Banten, ia berujar bahwa, “... Banten adalah negeri yang kaya sekali
akan sumber-sumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya
sendiri, melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung
asing, khususnya Eropa...”.
Kekhasan
dan keunikan sumber sejarah Banten yang beraneka ragam tidak bisa lepas dari
letak geografis yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan Pulau
Sumatera dengan Selat Sunda sebagai pemisah kedua wilayah. Letak geografisnya
menjadikan Banten -meminjam istilah Guillot- termasuk ke dalam “dua dunia”
yaitu Jawa dan Sumatera yang keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Posisi
Banten berada di perbatasan antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi
Kerajaan Jawa dan tempat perdagangan Melayu. Keunikan itu ternyata mempengaruhi
komposisi budaya masyarakat Banten yang multikultural dan sejak dahulu menjadi
daerah ataupun kota kosmopolitan yang mempunyai jaringan dagang sampai ke
negeri Inggris pada abad ke-16.
Memotret perkembangan Banten yang kini
tengah menjadi salah satu daerah industri nusantara, tidak terlepas dari
sejarah yang menyelimuti sebelumnya. Sejak awal abad ke-16, pelabuhan Banten
merupakan salah satu pelabuhan besar Kerajaan Pajajaran setelah Sunda Kelapa
yang ramai dikunjungi para pedagang asing.
Banten merupakan salah satu provinsi
baru hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten
berada dalam tahap pembangunan yang dilakukan di berbagai sektor penunjang
perekonomian, salah satu sektor yang sedang gencar dikembangkan adalah sektor
pariwisata, seperti yang kita ketahui bersama, pariwisata merupakan bagian yang
berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang menyangkut kegiatan sosial dan
ekonomi. Seperti yang telah diketahui bersama dalam beberapa tahun terakhir
ini, industri pariwisata Indonesia berkembang cukup pesat dan memiliki prospek
yang baik untuk dikembangkan sebagai penghasil devisa negara setelah gas alam
dan minyak bumi.
Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi
Banten memiliki lokasi yang sangat strategis, dimana Kota Serang dikelilingi
kabupaten dan kota lain, serta sangat mudah di akses dari setiap kabupaten kota
yang ada karena terletak tepat di tengah dan sebagai pusat pemerintahan
provinsi Banten. Kota Serang memiliki beberapa destinasi wisata utama, satu
diantaranya adalah Kawasan Banten Lama, yang merupakan ikon Provinsi Banten itu
sendiri.
Banten Lama merupakan suatu kawasan
wisata, berlokasi di Kecamatan Kasemen berjarak 12 Km ke arah utara dari pusat
Kota Serang menuju teluk Banten. Kawasan tersebut berupa kompleks peninggalan
Kesultanan Banten terdiri atas peninggalan-peninggalan sejarah diantaranya
Masjid Agung Banten, Keraton, Benteng, Vihara dan Pemakaman Sultan-sultan
Banten yang tentunya menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
upaya optimalisasi pengelolaan Banten Lama sebagai kawasan wisata religi ?
2. Bagaimana
kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung
Banten Lama ?
3. Bagaimana
perkembangan ekonomi yang ada di sekitar masjid agung Banten ?
Tujuan
1. Merumuskan
upaya optimalisasi pengelolaan kawasan wisata Banten Lama sebagai wisata religi
2. Menganalisis
kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung Banten
3. Mengetahui perkembangan ekonomi yang ada di sekitar
Masjid Agung Banten
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karya ini yang memiliki kedekatan objek kajian dengan
rumusan masalah pertama adalah Claude Guillot, Lukman Nur Hakim & Sonny
Wibisono dengan buku mereka yang berjudul Banten Sebelum Zaman Islam Kajian
Arkeologis di Banten Girang (932?-1526) (Bentang, 1996). Ketiga peneliti ini
memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan Banten pra-Islam dilihat dari
sisi arkeologisnya. Khususnya pembahasan mengenai kerajaan Hindu di Banten
Girang terletak di pinggiran Kota Serang, kira-kira tiga kilometer di selatan
14 (Kelurahan) Kaujon, pusat kota lama Serang (masa kolonial Belanda).18 Sampai
sekarang bekas peninggalan dari kebudayaan Kerajaan Banten Girang yang
berafiliasi dengan Kerajaan Sunda-Hindu masih dapat ditemukan di situs Banten
Girang.
Para arkeolog
yang pernah melakukan penelitian dan penggalian (ekskavasi) di situs Banten
Girang, mengatakan di lokasi itu pernah dibangun ibukota kerajaan Hindu yang
besar. Kota Banten Girang memiliki pelabuhan sendiri dan sudah berhubungan
dagang dengan luar negeri, sebagai barang dagangan yang utama masa itu adalah
lada. Selain itu dari hasil penggalian, dapat ditemukan bekas parit. Menurut
Dr. Moh. Ali Fadillah dalamnya parit mencapai 4-6 meter yang airnya dialirkan
menuju Sungai Cibanten. Parit itu berfungsi ganda, selain untuk fungsi drainase
lingkungan kota, juga sebagai tempat membuang limbah rumah tangga.19 Tetapi
selama perang penaklukan ibukota Banten Girang, sampai kemenangan penguasa
Islam, parit tersebut ditimbun.
Kedatangan Islam
mengakibatkan perubahan mendasar dan memberi pengaruh yang signifikan bagi
perkembangan Banten selanjutnya. ‘Hijrah pemerintahan’ dilakukan oleh Sultan
Maulana Hasanuddin dari Banten Girang ke Banten Lama yang lebih dekat dengan
pesisir pantai. Namun, yang menarik pasca setelah hijrah tersebut, Banten
Girang tetap dihuni oleh masyarakat lokal saat itu dan kebudayaan yang
berlangsung sebelumnya tidak dihancurkan tetapi tetap dibiarkan begitu saja.
Pemindahan Ibukota Banten didasarkan atas beberapa pertimbangan:
a. Secara politik, memudahkan
hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera melalui Sunda
Kelapa.
b. Secara ekonomi, berdasarkan pada
potensi maritimnya. Banten berpotensi sebagai pelabuhan besar yang dapat
menggantikan Sunda Kelapa.
c. Secara mistis religius, kota dan
keraton yang telah ditaklukkan harus ditinggalkan, karena sudah tidak memiliki
kekuatan magis lagi.
Pemindahan
ibukota tersebut telah mengakibatkan perubahan pada ekologi dan sosial-ekonomi
masyarakat. Pembangunan infrastruktur kota dipusatkan pada wilayah pesisir
sebagai wilayah administrasi dan perdagangan. Kesultanan Banten menjadi kawasan
pesisir yang jauh lebih berkembang semenjak perpindahan ibukota dari pedalaman
ke tepian pantai (pesisir). Pembangunan Kesultanan Banten selanjutnya tidak
dapat dipisahkan dari nama Maulana Yusuf sebagai sultan kedua.
Karya Supratikno
Rahardjo, dkk. berjudul Kota Banten
Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan menyebutkan bahwa Banten masa
pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580) merupakan sebuah kota yang dari segi
morfologinya memenuhi persyaratan sebagai ibukota atau pusat pemerintahan. 22
Perkembangan Kesultanan Banten pada masa beliau terlihat pada pembangunan fisik
di berbagai sektor, seperti pengembangan Keraton Surosowan, pasar dan
pelabuhan, perbentengan, masjid, irigasi pertanian dan jaringan air bersih,
jaringan jalan dan jembatan dan yang terakhir adalah penyediaan pemukiman
masyarakat berdasarkan pengelompokkan pekerjan, ras, sosial-ekonomi, dan status
dalam pemerintahan.
Rumusan masalah
kedua membahas pengembangan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten pada masa
Sultan Maulana Yusuf. Penyediaan pemukiman masyarakat berdasarkan
pengelompokkan pekerjan, ras, sosialekonomi, dan status dalam pemerintahan.
Untuk mewakili pemukimanpemukiman yang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf,
penulis mengambil satu pemukiman yang sampai sekarang keberadaannya masih
diakui sebagai pemukiman tempat pengajaran dan pendidikan agama Islam, yaitu
Kasunyatan. Buku karangan Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan
Historis Islam Indonesia (Logos Wacana ilmu, 2001) . Buku ini berusaha
menyoroti peradaban Islam di nusantara dari sudut pandang arkeologis.
Disebutkan dalam buku tersebut, Banten pada periode kesultanan memiliki
beberapa ciri yang secara umum ditemukan di kota-kota Muslim. Sebagian besar
pusat-pusat kegiatan utama sebagaimana kota Islam di Indonesia maupun Afrika
dan negara-negara Arab, memiliki istana, pasar dan masjid. Pemukiman dibagi
menurut pekerjaan dan etnik, sebagaimana halnya kota-kota pada abad pertengahan
di kota-kota Islam lain.
Lebih lanjut,
Hasan Muarif menekankan bahwa hasil peradaban berupa keraton, pasar, masjid dan
pemukiman tidak hanya dilihat semata-mata sebagai peninggalan peradaban masa
lampau yang diam dan permanen (the matter of being) tetapi harus dimaknai
sebagai wujud sebuah proses Muslim membangun bahkan menemukan peradaban mereka
yang berbasis Islam dalam konteks keIndonesiaan. Peradaban Islam tersebut akan
terus-menerus berada dalam proses perumusan dan pendefinisian kembali sejalan
semangat baru yang hadir dalam perkembangan sejarah (the matter of becoming).
BAB III
HASIL MINI RISET
A. Lokasi
dan Waktu
Mini
riset ini dilakukan dipemukiman penduduk sekitar masjid banten lama, Jln.banten
lama, yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 5 Oktober 2019 dan memakan waktu
sekitar 4 jam untuk mewawancarai penduduk. Penyusunan hasil mini riset
dilakukan seminggu setelah pengambilan data yaitu pada hari sabtu, tanggal 12
oktober 2019.
B. Subjek
Penelitian
Subjek
penelitian adalah 16 orang peduduk banten lama, yang meliputi mulai dari remaja
hingga orang dewasa baik ibu-ibu maupun bapak-pabak.
C. Metode
Pengumpulan Data
Wawancara secara langsung
D. Hasil
Miniriset
Dari hasil wawacara yang kami
lakukan menghasilkan data sebagai berikut :
Dari hasil
wawancara kami, data penduduk asli dan pendatang yang kami wawancarai terdapat
16 orang lebih dominan penduduk asli daripada penduduk pendatang, terdiri dari perempuan
dan laki-laki dan lebih dominan perempuan. Karena, di sekitar masjid banten
lama kami lebih menemukan penduduk wanita, dan penduduk pria mencari nafkah. Penduduk
wanita, hampir semua menjadi ibu rumah tangga dan pedagang. Rata-rata
pendidikan terakhir penduduk di sekitar masjid banten lama yaitu tingkat SD dan
hampir semua sudah menikah. Hal itu disebabkan kurangnya kesadaran pada pendidikan,
dan faktor ekonomi. Pertanyan-pertanyaan yang kami tanyakan kepada penduduk
rata-rata hampir semua jawabannya sama, setuju dan sangat setuju. Menurut
mereka, masjid banten lama yang dulu dan sekarang telah banyak perubahan mulai
dari kebersihan, tata ruangan, dan keamanan. Akan tetapi ada yang yang membuat
mereka tidak nyaman ketika mereka ingin berjualan di dalam wilayah masjid
tersebut, mereka diusir karena tempat berjualan sudah tidak boleh di dalam
masjid akan tetapi sudah tersedia tempat-tempatnya yaitu di luar sekeliling
masjid tersebut. Mereka berharap pemerintah kota lebih memperhatikan kondisi
disana terutama untuk pedagang.