Kamis, 19 Desember 2019

Laporan Studi Kebantenan Miniriset Observasi Masyarakat di Sekitar Banten Lama

Laporan Studi Kebantenan 
Miniriset Observasi Masyarakat di Sekitar Banten Lama




Nama : Aizul Rafdi Denanda
Nim   :  2224180082
Kelas :   3 C





JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA










BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Banten merupakan salah satu bumi intelektualitas yang banyak melahirkan ulama ilmiah dan pejuang. Syekh Nawawi Al-Bantani yang berasal dari Banten,menjadi salah satu contoh teladan bagi kemajuan perkembangan gerakan keagamaan Islam di Indonesia. Keulamaan beliau sangat dihormati oleh kalangan tokoh-tokoh Islam Indonesia pada abad ke-18, tidak pelak lagi, banyak murid yang dulu berguru kepadanya menjadi tokoh yang punya pengaruh besar dinusantara. Di antara yang pernah menjadi murid beliau adalah pendiri NahdlatulUlama (NU) almarhum Hadraatussyekh Kyai Haji Hasyim Asy’ari.
Banten tidak hanya dikenal dengan intelektualitas keulamaannya, tetapi juga dari segi pewacanaan masa lampau, daerah ini menyimpan segudang sejarah yang banyak dikaji oleh peneliti dari dalam maupun manca. Daerah yang dikenal dengan permainan tradisional debusnya ini, banyak sekali dibahas dalam literaturliteratur asing. Claude Guillot, seorang sejarawan dan arkeolog asal Prancis, tidak bisa menyembunyikan kekagumannya akan kekayaan sumber-sumber sejarah Banten, ia berujar bahwa, “... Banten adalah negeri yang kaya sekali akan sumber-sumber sejarah. Kerajaan ini bukan hanya telah menulis sejarahnya sendiri, melainkan juga merangsang banyak tulisan dari pengunjung-pengunjung asing, khususnya Eropa...”.
Kekhasan dan keunikan sumber sejarah Banten yang beraneka ragam tidak bisa lepas dari letak geografis yang berada di ujung barat Pulau Jawa dan berbatasan Pulau Sumatera dengan Selat Sunda sebagai pemisah kedua wilayah. Letak geografisnya menjadikan Banten -meminjam istilah Guillot- termasuk ke dalam “dua dunia” yaitu Jawa dan Sumatera yang keduanya memiliki perbedaan mendasar.
Posisi Banten berada di perbatasan antara dua tradisi utama nusantara, yaitu tradisi Kerajaan Jawa dan tempat perdagangan Melayu. Keunikan itu ternyata mempengaruhi komposisi budaya masyarakat Banten yang multikultural dan sejak dahulu menjadi daerah ataupun kota kosmopolitan yang mempunyai jaringan dagang sampai ke negeri Inggris pada abad ke-16.
Memotret perkembangan Banten yang kini tengah menjadi salah satu daerah industri nusantara, tidak terlepas dari sejarah yang menyelimuti sebelumnya. Sejak awal abad ke-16, pelabuhan Banten merupakan salah satu pelabuhan besar Kerajaan Pajajaran setelah Sunda Kelapa yang ramai dikunjungi para pedagang asing.
Banten merupakan salah satu provinsi baru hasil pemekaran dari provinsi Jawa Barat, dimana saat ini Provinsi Banten berada dalam tahap pembangunan yang dilakukan di berbagai sektor penunjang perekonomian, salah satu sektor yang sedang gencar dikembangkan adalah sektor pariwisata, seperti yang kita ketahui bersama, pariwisata merupakan bagian yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia yang menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Seperti yang telah diketahui bersama dalam beberapa tahun terakhir ini, industri pariwisata Indonesia berkembang cukup pesat dan memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai penghasil devisa negara setelah gas alam dan minyak bumi.
Kota Serang sebagai Ibu Kota Provinsi Banten memiliki lokasi yang sangat strategis, dimana Kota Serang dikelilingi kabupaten dan kota lain, serta sangat mudah di akses dari setiap kabupaten kota yang ada karena terletak tepat di tengah dan sebagai pusat pemerintahan provinsi Banten. Kota Serang memiliki beberapa destinasi wisata utama, satu diantaranya adalah Kawasan Banten Lama, yang merupakan ikon Provinsi Banten itu sendiri.
Banten Lama merupakan suatu kawasan wisata, berlokasi di Kecamatan Kasemen berjarak 12 Km ke arah utara dari pusat Kota Serang menuju teluk Banten. Kawasan tersebut berupa kompleks peninggalan Kesultanan Banten terdiri atas peninggalan-peninggalan sejarah diantaranya Masjid Agung Banten, Keraton, Benteng, Vihara dan Pemakaman Sultan-sultan Banten yang tentunya menjadi daya tarik wisata tersendiri bagi wisatawan.
      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana upaya optimalisasi pengelolaan Banten Lama sebagai kawasan wisata religi ?
2.      Bagaimana kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung  Banten Lama ?
3.      Bagaimana perkembangan ekonomi yang ada di sekitar masjid agung Banten ?
     Tujuan
1.      Merumuskan upaya optimalisasi pengelolaan kawasan wisata Banten Lama sebagai wisata religi
2.      Menganalisis kondisi penduduk di sekitar Masjid Agung Banten
3.       Mengetahui perkembangan ekonomi yang ada di sekitar Masjid Agung Banten 








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Karya ini  yang memiliki kedekatan objek kajian dengan rumusan masalah pertama adalah Claude Guillot, Lukman Nur Hakim & Sonny Wibisono dengan buku mereka yang berjudul Banten Sebelum Zaman Islam Kajian Arkeologis di Banten Girang (932?-1526) (Bentang, 1996). Ketiga peneliti ini memberikan perhatian penuh terhadap perkembangan Banten pra-Islam dilihat dari sisi arkeologisnya. Khususnya pembahasan mengenai kerajaan Hindu di Banten Girang terletak di pinggiran Kota Serang, kira-kira tiga kilometer di selatan 14 (Kelurahan) Kaujon, pusat kota lama Serang (masa kolonial Belanda).18 Sampai sekarang bekas peninggalan dari kebudayaan Kerajaan Banten Girang yang berafiliasi dengan Kerajaan Sunda-Hindu masih dapat ditemukan di situs Banten Girang.
Para arkeolog yang pernah melakukan penelitian dan penggalian (ekskavasi) di situs Banten Girang, mengatakan di lokasi itu pernah dibangun ibukota kerajaan Hindu yang besar. Kota Banten Girang memiliki pelabuhan sendiri dan sudah berhubungan dagang dengan luar negeri, sebagai barang dagangan yang utama masa itu adalah lada. Selain itu dari hasil penggalian, dapat ditemukan bekas parit. Menurut Dr. Moh. Ali Fadillah dalamnya parit mencapai 4-6 meter yang airnya dialirkan menuju Sungai Cibanten. Parit itu berfungsi ganda, selain untuk fungsi drainase lingkungan kota, juga sebagai tempat membuang limbah rumah tangga.19 Tetapi selama perang penaklukan ibukota Banten Girang, sampai kemenangan penguasa Islam, parit tersebut ditimbun.
Kedatangan Islam mengakibatkan perubahan mendasar dan memberi pengaruh yang signifikan bagi perkembangan Banten selanjutnya. ‘Hijrah pemerintahan’ dilakukan oleh Sultan Maulana Hasanuddin dari Banten Girang ke Banten Lama yang lebih dekat dengan pesisir pantai. Namun, yang menarik pasca setelah hijrah tersebut, Banten Girang tetap dihuni oleh masyarakat lokal saat itu dan kebudayaan yang berlangsung sebelumnya tidak dihancurkan tetapi tetap dibiarkan begitu saja. Pemindahan Ibukota Banten didasarkan atas beberapa pertimbangan:
a. Secara politik, memudahkan hubungan antara pesisir utara Jawa dengan pesisir Sumatera melalui Sunda Kelapa.
b. Secara ekonomi, berdasarkan pada potensi maritimnya. Banten berpotensi sebagai pelabuhan besar yang dapat menggantikan Sunda Kelapa.
c. Secara mistis religius, kota dan keraton yang telah ditaklukkan harus ditinggalkan, karena sudah tidak memiliki kekuatan magis lagi.
Pemindahan ibukota tersebut telah mengakibatkan perubahan pada ekologi dan sosial-ekonomi masyarakat. Pembangunan infrastruktur kota dipusatkan pada wilayah pesisir sebagai wilayah administrasi dan perdagangan. Kesultanan Banten menjadi kawasan pesisir yang jauh lebih berkembang semenjak perpindahan ibukota dari pedalaman ke tepian pantai (pesisir). Pembangunan Kesultanan Banten selanjutnya tidak dapat dipisahkan dari nama Maulana Yusuf sebagai sultan kedua.
Karya Supratikno Rahardjo, dkk. berjudul Kota Banten Lama: Mengelola Warisan Untuk Masa Depan menyebutkan bahwa Banten masa pemerintahan Maulana Yusuf (1570-1580) merupakan sebuah kota yang dari segi morfologinya memenuhi persyaratan sebagai ibukota atau pusat pemerintahan. 22 Perkembangan Kesultanan Banten pada masa beliau terlihat pada pembangunan fisik di berbagai sektor, seperti pengembangan Keraton Surosowan, pasar dan pelabuhan, perbentengan, masjid, irigasi pertanian dan jaringan air bersih, jaringan jalan dan jembatan dan yang terakhir adalah penyediaan pemukiman masyarakat berdasarkan pengelompokkan pekerjan, ras, sosial-ekonomi, dan status dalam pemerintahan.
Rumusan masalah kedua membahas pengembangan pemukiman masyarakat di Kesultanan Banten pada masa Sultan Maulana Yusuf. Penyediaan pemukiman masyarakat berdasarkan pengelompokkan pekerjan, ras, sosialekonomi, dan status dalam pemerintahan. Untuk mewakili pemukimanpemukiman yang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf, penulis mengambil satu pemukiman yang sampai sekarang keberadaannya masih diakui sebagai pemukiman tempat pengajaran dan pendidikan agama Islam, yaitu Kasunyatan. Buku karangan Hasan Muarif Ambary yang berjudul Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia (Logos Wacana ilmu, 2001) . Buku ini berusaha menyoroti peradaban Islam di nusantara dari sudut pandang arkeologis. Disebutkan dalam buku tersebut, Banten pada periode kesultanan memiliki beberapa ciri yang secara umum ditemukan di kota-kota Muslim. Sebagian besar pusat-pusat kegiatan utama sebagaimana kota Islam di Indonesia maupun Afrika dan negara-negara Arab, memiliki istana, pasar dan masjid. Pemukiman dibagi menurut pekerjaan dan etnik, sebagaimana halnya kota-kota pada abad pertengahan di kota-kota Islam lain.
Lebih lanjut, Hasan Muarif menekankan bahwa hasil peradaban berupa keraton, pasar, masjid dan pemukiman tidak hanya dilihat semata-mata sebagai peninggalan peradaban masa lampau yang diam dan permanen (the matter of being) tetapi harus dimaknai sebagai wujud sebuah proses Muslim membangun bahkan menemukan peradaban mereka yang berbasis Islam dalam konteks keIndonesiaan. Peradaban Islam tersebut akan terus-menerus berada dalam proses perumusan dan pendefinisian kembali sejalan semangat baru yang hadir dalam perkembangan sejarah (the matter of becoming).




 BAB III
HASIL MINI RISET
A.    Lokasi dan Waktu
Mini riset ini dilakukan dipemukiman penduduk sekitar masjid banten lama, Jln.banten lama, yang dilakukan pada hari sabtu tanggal 5 Oktober 2019 dan memakan waktu sekitar 4 jam untuk mewawancarai penduduk. Penyusunan hasil mini riset dilakukan seminggu setelah pengambilan data yaitu pada hari sabtu, tanggal 12 oktober 2019.
      B.     Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah 16 orang peduduk banten lama, yang meliputi mulai dari remaja hingga orang dewasa baik ibu-ibu maupun bapak-pabak.
      C.  Metode Pengumpulan Data
Wawancara secara langsung
      D.    Hasil Miniriset
Dari hasil wawacara yang kami lakukan menghasilkan data sebagai berikut :
















































Dari hasil wawancara kami, data penduduk asli dan pendatang yang kami wawancarai terdapat 16 orang lebih dominan penduduk asli daripada penduduk pendatang, terdiri dari perempuan dan laki-laki dan lebih dominan perempuan. Karena, di sekitar masjid banten lama kami lebih menemukan penduduk wanita, dan penduduk pria mencari nafkah. Penduduk wanita, hampir semua menjadi ibu rumah tangga dan pedagang. Rata-rata pendidikan terakhir penduduk di sekitar masjid banten lama yaitu tingkat SD dan hampir semua sudah menikah. Hal itu disebabkan kurangnya kesadaran pada pendidikan, dan faktor ekonomi. Pertanyan-pertanyaan yang kami tanyakan kepada penduduk rata-rata hampir semua jawabannya sama, setuju dan sangat setuju. Menurut mereka, masjid banten lama yang dulu dan sekarang telah banyak perubahan mulai dari kebersihan, tata ruangan, dan keamanan. Akan tetapi ada yang yang membuat mereka tidak nyaman ketika mereka ingin berjualan di dalam wilayah masjid tersebut, mereka diusir karena tempat berjualan sudah tidak boleh di dalam masjid akan tetapi sudah tersedia tempat-tempatnya yaitu di luar sekeliling masjid tersebut. Mereka berharap pemerintah kota lebih memperhatikan kondisi disana terutama untuk pedagang.


Minggu, 03 November 2019


Pendidikan di Banten : dari Polemik Sosial Hingga Kriminalitas






Pendahuluan
 Provinsi Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi ini memiliki delapan kabupaten/kota, yakni Kabupaten Serang, Kbupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang ditambah Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang selatan.
1. Gambaran Umum Provinsi Banten
 Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º 1’ 11” – 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi Banten terdiri dari 2 Kota, 4 Kabupaten, 140 Kecamatan, 262 Kelurahan, dan 1.242 Desa.
Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:
·         Sebelah Utara : Laut Jawa
·         Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
·         Sebelah Selatan : Samudra Hindia
·         Sebelah Barat : Selat Sunda
 Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura.
 Disamping itu Banten merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota Negara. Secara ekonomi wilayah Banten mempunyai banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.
Kondisi topografi Banten adalah sebagai berikut :
·         Wilayah datar (kemiringan 0 – 2 %) seluas 574.090 Ha
·         Wilayah bergelombang (kemiringan 2 – 15%) seluas 186.320 Ha
·         Wilayah curam (kemiringan 15 – 40%) seluas 118.470,50 Ha
2. Topografi.
 Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan terjal. Morfologi Dataran Rendah umumnya terdapat di daerah bagian utara dan sebagian selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian kurang dari 50 meter dpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah pantai yang mempunyai ketinggian 0 – 1 m dpl. Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah –
 Sedang sebagian besar menempati daerah bagian tengah wilayah studi. Wilayah perbukitan terletak pada wilayah yang mempunyai ketinggian minimum 50 m dpl. Di bagian utara Kota Cilegon terdapat wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian maksimum 553 m dpl, sedangkan perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah selatan Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung dan di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan.
Di Kabupaten Lebak terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan karakteristik litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti batuan beku granit, granodiorit, diorit dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan batuan beku tersebut terjadi suatu proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis seperti cebakan bijih timah dan tembaga.
3. Hidrologi dan Klimatologi.
Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu :
1.      DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);
2.      DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
3.      DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;
4.      DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;
5.      DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;
6.      DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada sumber daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang telah di identifikasi, yang bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang – Tangerang dan CABT Jakarta.
4. Kemiringan
Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang ekstrim yaitu:
 Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang memiliki tingkat kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak

 Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta bagian utara Kabupaten Pandeglang; Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang. Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap timbulnya ketimpangan pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah utara memiliki peluang berkembang relatif lebih besar daripada wilayah sebelah Selatan.
5. Jenis Tanah
 Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2. latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown forest; 7. Glei.
 6. Geologi
 Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua berusia Miosen akhir, batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan, umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina dan tuf.
 Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan Alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen. Formasi Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi Cikotok.
 Batuan Gunung Api dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan metamorf yang diduga berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal berumur kuarter. Batuan endapan termuda adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.

 Pada tahun 2017, penduduk Banten usia 7-24 yang masih sekolah sebanyak 68,09%. Untuk kelompok umur 7-12 tahun yang masih sekolah sebanyak 99,31%, kemudian kelompok umur 13-5 tahun sebanyak 95,67%, kelompok umur 16-18 tahun sebanyak 67,77%, dan kelompok umur 19-24 tahun sebanyak 21,33%.
            Pada tahun 2017, Provinsi Banten terdapat 4.565 unit Sekolah Dasar (SD) dengan 53.354 guru dan 1.195.653 murid. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada tahun 2017 terdapat 1.421 unit SMP dengan 19.995 guru dan 424.406 murid. Sementara itu, untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), di Provinsi Banten terdapat 529 unit Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9.613 guru dan 182.941 murid, serta 688 unit Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan 250.361 murid.

            Disamping sekolah umum tersebut, di Provinsi Banten juga terdapat 1.036 unit Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1.005 unit Madrasah Tsanawiyah (MTS), 396 unit Madrasah Aliyah )MA) serta 3.267 pondok pesantren.
 

Isi
               Penulis akan menangkat judul tentang Pendidikan Banten: dari Polemik Sosial Hingga Kriminalitas. Hal ini menggambar kan bahwa pendidikan di Banten banyak sekali menghadapi persoalan, sebagai contoh yaitu, Korupsi, politik dinasti, kemiskinan, pengangguran, sekolah, dan infrastruktur rusak adalah sebutan lain daerah ini. Berikut adalah ulasannya.

   Dari sekian banyak masalah, pendidikan menjadi sorotan publik di daerah yang mengaku diisi ribuan kiai dan santri ini. Pada 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata mencatat rata-rata lama sekolah di Banten baru mencapai 8,37 tahun. Rata-rata lama sekolah juga berbeda di tiap daerah. Tangerang Selatan di utara memiliki lama rata-rata sekolah 11,58 tahun. Sedangkan di bagian selatan di Lebak hanya 6,19 tahun, Pandeglang 6,62 tahun, dan Kabupaten Serang 6,98 tahun. Di samping itu, temuan dari Pusat Telaah dan Informasi Regional Banten (Pattiro) menemukan, di Kabupaten Serang saja, tiga dari sepuluh siswa bertaruh nyawa karena sekolah rusak. Akibatnya, penggunaan ruang kelas dilakukan bergantian dan menjadikan belajar tidak kondusif. Selain itu, sekolah yang buruk membuat motivasi belajar siswa dan guru berkurang. Hingga akhirnya para murid memutuskan meninggalkan sekolah akibat fasilitas dan kualitas pendidikan yang tak memadai. "Alasannya kenapa rusak, biasanya anggaran terbatas, tata kelola program perbaikan buruk," kata peneliti Pattiro Banten Faiz Fadhlil Muhammad dalam diskusi Tantangan dan Strategi Pembangunan SDM Banten di Hotel Le Dian Kota Serang pada Jumat (29/12/2017) kemarin. Bahkan, menurutnya, berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada 48% sekolah di Banten yang rusak. Kepala Bappeda Banten Hudaya Latuconsina mengatakan masalah pendidikanlah yang kemudian jadi penyumbang lambatnya pembangunan di kawasan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi rendah akibat faktor rata-rata lama sekolah warga yang sebentar.

 Menurutnya, perbedaan rendahnya angka rata-rata lama sekolah disebabkan faktor jarak tempuh. Di Kabupaten Pandeglang, untuk ke sekolah, siswa perlu menempuh perjalanan sejauh 20 kilometer. Di Lebak, bahkan bisa sampai 25 kilometer. Inilah yang menjadikan Angka Partisipasi Murni (APM) setingkat SMA/SMK hanya mencapai 57,04%. "Ini dijadikan asumsi mengapa anak tidak mau sekolah karena jauh," katanya. Di sisi lain, mayoritas angka pengangguran di Banten rupanya juga disumbang oleh lulusan pendidikan SMK. Mengacu pada BPS, pada Agustus 2017, dari total 5,6 juta angkatan kerja se-Banten, sebanyak 9,28% atau 520 ribu orang menganggur. Angka tersebut ternyata meningkat dari 499 ribu pengangguran pada periode Agustus 2016. Bahkan dari data tersebut, angka pengangguran terbuka justru disumbangkan oleh daerah Kabupaten Serang mencapai 13% atau 82 ribu orang. Disusul Cilegon sebanyak 11,88% atau 22 ribu orang. Dua daerah tersebut padahal diisi aneka industri dari total 14 ribu lebih industri berdiri di Banten.

 Melihat permasalahan ini, guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dodi Nandika mengatakan perlu ada terobosan terkait masalah pendidikan. Menurutnya, masalah pengangguran dari lulusan pendidikan SMK bukan karena kurikulum yang salah. Namun ada masalah yang lebih makro yang terjadi pada persoalan pendidikan Banten. Jika faktor latar belakang pendidikan SMA/SMK sebagai penyumbang pengangguran terbesar, menurut Dodi, justru gubernur dapat segera membuat aturan terkait masalah ini. Gubernur bisa turun tangan ke industri dengan cara campur tangan soal aturan penerimaan pekerja, misalnya dari pemuda Banten.

Kasus kriminalitas dalam pendidikan di Provinsi Banten

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat laporan adanya praktik kecurangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Provinsi Banten merupakan daerah yang paling banyak terjadi kecurangan dalam laporan yang diterima KPAI selama PPDB 2019. "Penyelenggaran PPDB di daerah, beberapa kali dilaporkan selalu ada calo dan jual beli kursi. Pada lokasi yang sama di Banten memang paling tinggi dengan kecurangan jual beli," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, di Jakarta, Kamis, 5 September 2019.
 
            Modus jual beli kursi dijual dengan harga bervariasi hingga puluhan juta rupiah. Mirisnya para korban justru datang dari kalangan orang tidak mampu. Namun mereka memberanikan diri melapor adanya praktik kecurangan ini.
"Mereka ditawarkan ada yang mau dan enggak. Penawaran itu memang angkanya Rp6-20 juta. Karena kecewa tentu saja melaporkan enggak bener ini. Pola itu yang terjadi," jelas Retno.


Selain di Banten, laporan serupa juga terjadi di Sumatra. Modusnya tak jauh berbeda, orang tua yang sedang mencari sekolah untuk anaknya ditawarkan jaminan mendapat kursi di sekolah incaran tanpa perlu daftar ulang lagi. "Kami enggak bisa selesaikan ini tanpa keterlibatan inspektorat dan dinas pendidikan," tuturnya.  Sementara itu, terkait kecurangan yang terjadi sepanjang PPDB 2019 tersebut, KPAI berharap pihak terkait yang memiliki kewenangan agar melakukan pembinaan dan pengawasan internal. Salah satunya inspektorat agar memeriksa sejumlah pihak yang diadukan.  "Sehingga dapat dicarikan solusi, agar ke depan kasus yang sama dapat dicegah atau tidak terulang kembali,” kata mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Jakarta ini.


Jumat, 18 Oktober 2019

Kegiatan Pemeran Stand Banten di SMAN 2 Kota Serang karya Aizul Rafdi Denanda

Kegiatan Pemeran Stand Banten di SMAN 2 Kota Serang 

karya Aizul Rafdi Denanda

19 Oktober 2019




Dalam acara dialog remaja terdapat pameran-pameran tentang remaja dan pameran kebantenan. Pameran kebantenan bertujuan untuk memamerkan atau memperlihatkan kebudayaan yang berpotensi tinggi untuk para remaja. Karena kebanyakan remaja zaman sekarang tidak mengetahui berbagai kebudayaan yang ada di banten. Tidak hanya itu kegiatan pameran ini memberikan nilai-nilai pelajaran bagi para siswa untuk memperluas pengetahuan mereka.
Banten memiliki banyak kebudayaan dan ciri khas yang sangat unik, untuk memamerkan kekayaan Banten, Jurusan Biologi Angkatan 18 Kelas 3C membuat acara yang bertemakan kekayaan Banten yang berjudul Gebyar Banten. Acara Gebyar Banten ini diselenggarakan di SMAN 2 Kota Serang yang bertepatan pada hari Selasa, 3 September 2019 pukul 07.00 sampai 16.00 WIB.
Pameran atau bazar, merupakan suatu even yang banyak mencuri perhatian khalayak ramai. Hal tersebut juga terjadi pada pemeran yang kami selenggarakan di SMAN 2 Serang dalam acara dialog remaja, karena acara tersebut diadakan disekitar lingkungan sekolah dan pengisi acara serta tamu undangan yang di dominasi oleh pelajar  khususnya siswa SMA, oleh karena itu pengunjung yang datang kepameran yang kami buat ialah siswa dan siswi SMA.
Banten, memiliki sosial budaya yang unik, kultur tersebut dapat dilihat dari batik, makanan, pariwisata, dan cendramatanya yang belum diketahui oleh kalangan muda khususnya pelajar. Dalam acara Dialog Remaja mahasiswa pendidikan biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kelas 3C angkatan 2018 memamerkan batik, di antaranya batik Bercula dari Pandeglang, batik Gipang dari Cilegon, batik Serang dari Serang, batik Sadulur dari Lebak, dan lain sebagainya. Selain batik, mahasiswa pendidikan biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kelas 3C angkatan 2018 memamerkan makanan khas Banten, yaitu sate bandeng, gipang, pecak bandeng, ketan bintul, dan pasung. Mahasiswa pendidikan biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kelas 3C angkatan 2018 juga menginformasikan berbagai pariwisata yang ada di Banten, salah satunya adalah Telaga Biru Cigaru yang terletak di Tanggerang. Cendramata juga mahasiswa pendidikan biologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa kelas 3C angkatan 2018 memamerkan salah satu karya khas banten yang terbuat dari kayu jati yaitu, miniatur badak. Selain itu terdapat pajangan yang terbuat dari kulit kerang dan keong.
Selama pameran berlangsung kepuasan para pengunjung dapat dilihat dari rasa keingintahuan dan ketertarikan terhadap barang yang dipamerkan. Hal tersebut dapat dibuktikan ketika para pengunjung mencicipi makanan yang dipamerkan yaitu seperti sate bandeng  dengan memberi komentar bahwa makanan yang telah disediakan memiliki rasa yang enak. Kepuasan para pengunjung juga dapat dilihat dari pesan yang ditulis para pengunjung untuk menuliskan kesan dan pesan mengenai pameran yang berlangsung.Selain itu para pengunjung juga memanfaatkan sudut dari beberapa ruangan pameran untuk tempat berfoto yaitu mengabadikan momen dalam mengikuti acara pameran gebyar Banten ini. Para pelaksana pameran ini yaitu mahasiswa biologi Untirta kelas 3C memiliki rasa kepuasan yang sama halnya dengan para pengunjung, karena telah berhasil melaksanakan kegiatan pameran gebyar Banten ini walaupun dalam pelaksanaanya masih ada hal yang perlu diperbaiki untuk kedepannya.

Berikut ini adalah foto-foto di stand Banten SMAN 2 Kota Serang
  










Selasa, 20 Agustus 2019

Banten dalam Sejarah Perdagangan Rempah-Rempah Dunia

Peta Kesultanan Banten

       Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang ada di Indonesia yang berdiri di Tanah Pasundan, tepatnya Provinsi Banten. Kerajaan Banten sendiri merupakan salah satu kerajaan yang memiliki peranan penting dalam penyebaran Islan di Tanah Jawa. Secara geografis, Kerajaan Banten terletak di Provinsi Banten. Wilayah kerajaan ini meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh bagian Lampung dan sebagai wilayah di bagian selatan Jawa Barat. Hal ini yang menjadikan Kerajaan Banten sebagai penguasa jalur pelayaran dan perdagangan yang melewati Selat Sunda. Komoditas yang di perdagangkan adalah lada. Komoditas unggulan tersebut menjadi salah satu pendongkrak ekonomi Kesultanan Banten. Komoditas tersebut menjadikan Banten sebagai bandar perdagangan yang bersaing dengan bandar-bandar lainnya seperti, Malaka, Pasai, Pedir ( sekarang Kabupaten Pidie ), Jambi, Palembang, Barus, dan Sunda Kelapa ( sekarang Jakarta). Komoditas tersebut menjadikan Banten bandar perdagangan yang diisi oleh pedagang Eropa ( Inggris, Belanda, Prancis, dan Portugis ), Timur Tengah, dan Asia.


Lada sebagai komoditas utama Banten yang banyak diincar oleh para pedagang asing
Istana Kaibon dengan anak-anak sungai yang berasal dari Sungai Cibanten
        Di Banten, terdapat sungai yang menjadi jalur perdagangan rempah-rempah dari luar negeri yaitu Sungai Cibanten. Banyak kapal-kapal dagang berukuran kecil dan sedang masuk melalui jalur ini. Namun, perdagangan rempah-rempah (lada) di Banten mengalami kemunduran setelah masuknya pengaruh VOC ( Vereniging Oost-Indie Compagnie/Perkumpulan Dagang Belanda),mereka mengusai dan memonopoli perdagangan lada. Akhirnya, Banten yang dulu mengusai perdagangan rempah-rempah akhirnya hancur dan ditambah pula runtuhnya Kesultanan Banten.


Sumber


Hasil Analisis Survei Minat Konsumen