Minggu, 03 November 2019


Pendidikan di Banten : dari Polemik Sosial Hingga Kriminalitas






Pendahuluan
 Provinsi Banten adalah sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000. Pusat pemerintahannya berada di Kota Serang. Provinsi ini memiliki delapan kabupaten/kota, yakni Kabupaten Serang, Kbupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang ditambah Kota Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon dan Kota Tangerang selatan.
1. Gambaran Umum Provinsi Banten
 Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º 1’ 11” – 106º 7’ 12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi Banten terdiri dari 2 Kota, 4 Kabupaten, 140 Kecamatan, 262 Kelurahan, dan 1.242 Desa.
Provinsi Banten mempunyai batas wilayah:
·         Sebelah Utara : Laut Jawa
·         Sebelah Timur : Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat
·         Sebelah Selatan : Samudra Hindia
·         Sebelah Barat : Selat Sunda
 Wilayah laut Banten merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura.
 Disamping itu Banten merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah penyangga bagi Ibukota Negara. Secara ekonomi wilayah Banten mempunyai banyak industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari Singapura.
Kondisi topografi Banten adalah sebagai berikut :
·         Wilayah datar (kemiringan 0 – 2 %) seluas 574.090 Ha
·         Wilayah bergelombang (kemiringan 2 – 15%) seluas 186.320 Ha
·         Wilayah curam (kemiringan 15 – 40%) seluas 118.470,50 Ha
2. Topografi.
 Topografi wilayah Provinsi Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 – 200 m dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang, dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di Puncak Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Kondisi topografi suatu wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah atau morfologi. Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan perbukitan terjal. Morfologi Dataran Rendah umumnya terdapat di daerah bagian utara dan sebagian selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai ketinggian kurang dari 50 meter dpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah pantai yang mempunyai ketinggian 0 – 1 m dpl. Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah –
 Sedang sebagian besar menempati daerah bagian tengah wilayah studi. Wilayah perbukitan terletak pada wilayah yang mempunyai ketinggian minimum 50 m dpl. Di bagian utara Kota Cilegon terdapat wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian maksimum 553 m dpl, sedangkan perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah selatan Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung dan di Kabupaten Pandeglang wilayah perbukitan berada di selatan.
Di Kabupaten Lebak terdapat perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan karakteristik litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang terintrusi oleh batuan beku dalam seperti batuan beku granit, granodiorit, diorit dan andesit. Biasanya pada daerah sekitar terobosaan batuan beku tersebut terjadi suatu proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis seperti cebakan bijih timah dan tembaga.
3. Hidrologi dan Klimatologi.
Potensi sumber daya air wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas.
Berdasarkan pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu :
1.      DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan sekitarnya);
2.      DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah Kabupaten Lebak;
3.      DAS Ciujung-Cidurian, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;
4.      DAS Rawadano, meliputi sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;
5.      DAS Teluklada, meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;
6.      DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Tata air permukaan untuk wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada sumber daya air khususnya sumber daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang telah di identifikasi, yang bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi CABT Serang – Tangerang dan CABT Jakarta.
4. Kemiringan
Kondisi kemiringan lahan di Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang ekstrim yaitu:
 Dataran yang sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang memiliki tingkat kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat potensial untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai kemiringan ini tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan dibangun untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar di sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak

 Perbukitan landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang) yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi Kabupaten Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta bagian utara Kabupaten Pandeglang; Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%) terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan dan Kabupaten Serang. Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap timbulnya ketimpangan pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah utara memiliki peluang berkembang relatif lebih besar daripada wilayah sebelah Selatan.
5. Jenis Tanah
 Sumber daya tanah wilayah Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu: (a) kelompok tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Propinsi Banten, terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2. latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown forest; 7. Glei.
 6. Geologi
 Struktur geologi daerah Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan dari tiap-tiap formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua berusia Miosen akhir, batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit, umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri dari tuf batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal glaukonitan, umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping kokina dan tuf.
 Banten bagian selatan terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan Alluvium yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua daerah ini adalah Formasi Bayah yang berumur Eosen. Formasi Bayah terdiri dari tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping. Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate, Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi Cikotok.
 Batuan Gunung Api dapat dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang berumur Plistosen Tua hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan andesiot sampai basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan metamorf yang diduga berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal berumur kuarter. Batuan endapan termuda adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong pantai dan gamping terumbu.

 Pada tahun 2017, penduduk Banten usia 7-24 yang masih sekolah sebanyak 68,09%. Untuk kelompok umur 7-12 tahun yang masih sekolah sebanyak 99,31%, kemudian kelompok umur 13-5 tahun sebanyak 95,67%, kelompok umur 16-18 tahun sebanyak 67,77%, dan kelompok umur 19-24 tahun sebanyak 21,33%.
            Pada tahun 2017, Provinsi Banten terdapat 4.565 unit Sekolah Dasar (SD) dengan 53.354 guru dan 1.195.653 murid. Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), pada tahun 2017 terdapat 1.421 unit SMP dengan 19.995 guru dan 424.406 murid. Sementara itu, untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), di Provinsi Banten terdapat 529 unit Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan 9.613 guru dan 182.941 murid, serta 688 unit Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) dan 250.361 murid.

            Disamping sekolah umum tersebut, di Provinsi Banten juga terdapat 1.036 unit Madrasah Ibtidaiyah (MI), 1.005 unit Madrasah Tsanawiyah (MTS), 396 unit Madrasah Aliyah )MA) serta 3.267 pondok pesantren.
 

Isi
               Penulis akan menangkat judul tentang Pendidikan Banten: dari Polemik Sosial Hingga Kriminalitas. Hal ini menggambar kan bahwa pendidikan di Banten banyak sekali menghadapi persoalan, sebagai contoh yaitu, Korupsi, politik dinasti, kemiskinan, pengangguran, sekolah, dan infrastruktur rusak adalah sebutan lain daerah ini. Berikut adalah ulasannya.

   Dari sekian banyak masalah, pendidikan menjadi sorotan publik di daerah yang mengaku diisi ribuan kiai dan santri ini. Pada 2016, Badan Pusat Statistik (BPS) ternyata mencatat rata-rata lama sekolah di Banten baru mencapai 8,37 tahun. Rata-rata lama sekolah juga berbeda di tiap daerah. Tangerang Selatan di utara memiliki lama rata-rata sekolah 11,58 tahun. Sedangkan di bagian selatan di Lebak hanya 6,19 tahun, Pandeglang 6,62 tahun, dan Kabupaten Serang 6,98 tahun. Di samping itu, temuan dari Pusat Telaah dan Informasi Regional Banten (Pattiro) menemukan, di Kabupaten Serang saja, tiga dari sepuluh siswa bertaruh nyawa karena sekolah rusak. Akibatnya, penggunaan ruang kelas dilakukan bergantian dan menjadikan belajar tidak kondusif. Selain itu, sekolah yang buruk membuat motivasi belajar siswa dan guru berkurang. Hingga akhirnya para murid memutuskan meninggalkan sekolah akibat fasilitas dan kualitas pendidikan yang tak memadai. "Alasannya kenapa rusak, biasanya anggaran terbatas, tata kelola program perbaikan buruk," kata peneliti Pattiro Banten Faiz Fadhlil Muhammad dalam diskusi Tantangan dan Strategi Pembangunan SDM Banten di Hotel Le Dian Kota Serang pada Jumat (29/12/2017) kemarin. Bahkan, menurutnya, berdasarkan data yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada 48% sekolah di Banten yang rusak. Kepala Bappeda Banten Hudaya Latuconsina mengatakan masalah pendidikanlah yang kemudian jadi penyumbang lambatnya pembangunan di kawasan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi rendah akibat faktor rata-rata lama sekolah warga yang sebentar.

 Menurutnya, perbedaan rendahnya angka rata-rata lama sekolah disebabkan faktor jarak tempuh. Di Kabupaten Pandeglang, untuk ke sekolah, siswa perlu menempuh perjalanan sejauh 20 kilometer. Di Lebak, bahkan bisa sampai 25 kilometer. Inilah yang menjadikan Angka Partisipasi Murni (APM) setingkat SMA/SMK hanya mencapai 57,04%. "Ini dijadikan asumsi mengapa anak tidak mau sekolah karena jauh," katanya. Di sisi lain, mayoritas angka pengangguran di Banten rupanya juga disumbang oleh lulusan pendidikan SMK. Mengacu pada BPS, pada Agustus 2017, dari total 5,6 juta angkatan kerja se-Banten, sebanyak 9,28% atau 520 ribu orang menganggur. Angka tersebut ternyata meningkat dari 499 ribu pengangguran pada periode Agustus 2016. Bahkan dari data tersebut, angka pengangguran terbuka justru disumbangkan oleh daerah Kabupaten Serang mencapai 13% atau 82 ribu orang. Disusul Cilegon sebanyak 11,88% atau 22 ribu orang. Dua daerah tersebut padahal diisi aneka industri dari total 14 ribu lebih industri berdiri di Banten.

 Melihat permasalahan ini, guru besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dodi Nandika mengatakan perlu ada terobosan terkait masalah pendidikan. Menurutnya, masalah pengangguran dari lulusan pendidikan SMK bukan karena kurikulum yang salah. Namun ada masalah yang lebih makro yang terjadi pada persoalan pendidikan Banten. Jika faktor latar belakang pendidikan SMA/SMK sebagai penyumbang pengangguran terbesar, menurut Dodi, justru gubernur dapat segera membuat aturan terkait masalah ini. Gubernur bisa turun tangan ke industri dengan cara campur tangan soal aturan penerimaan pekerja, misalnya dari pemuda Banten.

Kasus kriminalitas dalam pendidikan di Provinsi Banten

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat laporan adanya praktik kecurangan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Provinsi Banten merupakan daerah yang paling banyak terjadi kecurangan dalam laporan yang diterima KPAI selama PPDB 2019. "Penyelenggaran PPDB di daerah, beberapa kali dilaporkan selalu ada calo dan jual beli kursi. Pada lokasi yang sama di Banten memang paling tinggi dengan kecurangan jual beli," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, di Jakarta, Kamis, 5 September 2019.
 
            Modus jual beli kursi dijual dengan harga bervariasi hingga puluhan juta rupiah. Mirisnya para korban justru datang dari kalangan orang tidak mampu. Namun mereka memberanikan diri melapor adanya praktik kecurangan ini.
"Mereka ditawarkan ada yang mau dan enggak. Penawaran itu memang angkanya Rp6-20 juta. Karena kecewa tentu saja melaporkan enggak bener ini. Pola itu yang terjadi," jelas Retno.


Selain di Banten, laporan serupa juga terjadi di Sumatra. Modusnya tak jauh berbeda, orang tua yang sedang mencari sekolah untuk anaknya ditawarkan jaminan mendapat kursi di sekolah incaran tanpa perlu daftar ulang lagi. "Kami enggak bisa selesaikan ini tanpa keterlibatan inspektorat dan dinas pendidikan," tuturnya.  Sementara itu, terkait kecurangan yang terjadi sepanjang PPDB 2019 tersebut, KPAI berharap pihak terkait yang memiliki kewenangan agar melakukan pembinaan dan pengawasan internal. Salah satunya inspektorat agar memeriksa sejumlah pihak yang diadukan.  "Sehingga dapat dicarikan solusi, agar ke depan kasus yang sama dapat dicegah atau tidak terulang kembali,” kata mantan Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Jakarta ini.


Hasil Analisis Survei Minat Konsumen